Backloading dan Biaya Logistik di Indonesia
Dalam kehidupan sehari-hari, saat kita berada dalam kendaraan atau membawa kendaraan, kita sering melihat pemandangan , ada beberapa truk yang melintas tanpa membawa muatan atau muatan kosong.
Bukankah hal tersebut merupakan hal yang mubazir mengingat ada potensi untuk menekan biaya logistik ?
Kondisi Umum Penyebab truk berjalan tanpa / tidak membawa muatan :
- Sedang menuju tempat muatan (akan mengambil barang di tempat pelanggan).
- Baru selesai mengantar muatan dan hendak kembali ke pool-nya.
- Akan melakukan perawatan atau perbaikan, dsb.
Semua hal di atas menjadi alasan yang masuk akal bagi kita semua untuk memperbaiki efektifitas dan utilitas transportasi darat ini.
Melihat Masalah sebagai Potensi.
Bagi pemilik truk, tentu saja tidak wajar jika menginginkan sejumlah truk miliknya berjalan mondar-mandir tanpa muatan.
Hal ini akan menjadi biaya logistik dan potensi resiko bagi pemilik truk, karena jika kosong dan jalur lengang seringkali truk malah melaju secara ugal-ugalan.
Masalah di atas adalah hal yang sederhana, karena idealnya truk tidak perlu berangkat jika tidak ada muatan.
Atau katakanlah truk dapat mencari muatan di sekitar tempat terakhir dia mengantar muatan barang atau kargo. Sehingga truk tersebut selalu membawa muatan saat berangkat dan pulang.
Tetapi karena selama ini,
Pemilik Truk tidak selalu mendapatkan pesanan atau order saat kembali dari kota tujuan ke kota asal
Maka Pemilik Truk tidak memiliki pilihan lain selain membawa truknya kembali dengan muatan kosong.
Di sisi lain, Pelanggan berharap mendapatkan penawaran jasa pengiriman barang dengan harga yang lebih murah, waktu yang lebih fleksibel, pelayanan yang lebih baik dan kapasitas yang sesuai.
Apalagi kita ketahui bahwa biaya jasa angkutan barang di Indonesia cukup mahal (biaya angkutan barang adalah bagian dari biaya Logistik) dimana angkanya akan membuat kita mengelus dada.
Biaya Logistik di Indonesia
Menurut Laporan ADB tahun 2015, bahwa biaya Logistik di Indonesia dapat mencapai 14% dari Total Biaya Produksi, jika dibandingkan Negara Jepang yang hanya mencapai +/- 5%.
Tentu saja hal ini adalah menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Dengan memanfaatkan sistem backloading , maka dampaknya akan dirasakan secara langsung oleh Pemilik Truk dan Pelanggan terutama dari sisi biaya pengiriman barang.
Dengan memanfaatkan sistem backloading yang terintegrasi, idealnya pemilik truk akan memiliki peluang untuk memperoleh muatan balik sehingga dapat menawarkan biaya angkutan barang yang lebih murah.
Mana yang lebih menguntungkan? Membawa muatan balik dengan harga yang lebih murah atau membelah kemacetan antar kota tanpa muatan sama sekali ?
Jika sistem backloading dapat diterapkan tentunya pelanggan akan bersedia memakai jasa backloading secara rutin.
Hal ini secara makro akan menyebabkan turunnya sebagian biaya logistik.